Assalamu’alaikum wr.wb ..
Ogenki Desuka Minna .?
Pada artikel kali saya akan menceritakan sedikit tentang pengalaman kuliahku yang semoga saja buat calon mahasiswa atau yang sedang menjalankan aktivitas perkuliahan saat ini tidak melakukan problem yang sama seperti yang terjadi seperti yang akan saya bahas dibawah ini :-D
PEMROGRAMAN !! calon sarjana komputer pasti akan sering dihadapkan dengan mata kuliah (MK) yang satu ini, ada begitu banyak bahasa pemrograman yang akan dipelajari saat menjalani aktivitas perkuliahan, dimulai dari basic algoritma permrograman “Pascal” disemester I, kemudian logika informatika di semester II , lanjut pada semester berikutnya ada MK pemrograman C++ , Java , Delphi , PHP , dan masih ada beberapa pemrograman lagi sebelum kita akan dihadapkan dengan meja sidang ujian SKRIPSI.
Yosh sebelum saya lanjut pada pembahasan utama dalam artikel kali ini, saya akan buka-bukaan tentang keluhan yang dihadapi mahasiswa karena kurikulum tersebut, hanya saja saya kurang tau apakah keluhan tersebut sudah sampai terdengar oleh pihak kampus atau belum.? karena keluhan tersebut hanya sering terdengar diantara percakapan mahasiswa. Ada begitu banyak keluhan yang sering diucapkan mahasiswa disebabkan kurikulum tersebut (dikhususkan pada MK pemrograman), kira-kira keluhannya seperti ini :
Stress Coding |
“Hanya membuat program jadul seperti ini sangat sulit”, ini yang biasanya dikatakan oleh maba (mahasiswa baru) ketika mereka mempelajari tentang pemrograman pascal, keluhannya singkat tapi nusuknya sampai ke hati hahaha, mahasiswa tingkat ini menurut saya adalah mahasiswa yang masih dalam semangat-semangatnya belajar, mereka terlalu berharap banyak dengan dunia informatika, ibaratnya hati mereka masih panas panasnya namun begitu polos, mereka ingin melihat sesuatu yang wah, yang SUGOOOOIII (jika itu program, maka program yang mereka inginkan yaitu program yang berkelas) walaupun mereka belum mengerti sama sekali tentang dasar-dasar pemrograman. Berbanding terbalik dengan hal tersebut, biasanya pada saat proses belajar mengajar MK Pemrograman Pascal, maba dihadapkan dengan modul, dalam modul tersebut, berisi tentang konsep awal pemrograman pascal, intinya MEMBOSANKAN, codingnya panjang namun tampilannya sangat jadul. Terus bagaimana dong .? apakah sebaiknya pemrograman pascal dihilangkan saja dari MK .? bukan seperti itu maksud saya, seperti yang saya katakan tadi, maba seperti ini masih dalam semangat-semangatnya belajar, lantas dalam keadaan semangat belajar tersebut, dosen langsung memperlihatkan sesuatu yang membuat mereka malas karena faktor yang saya paparkan sebelumnya, terus bagaimana dong proses belajar mengajarnya tanpa harus menghilangkan MK pemrograman pascal .?
Yosh menurut saya dan teman-teman seperjuangan lainnya, ada baiknya pada saat proses belajar mengajar, selain menjelaskan tentang modul yang ada pada pemrograman pascal, akan lebih baik lagi jika sambil mengenalkan tentang pascal lebih jauh lagi, contohnya dengan memperlihatkan program menarik yang dibuat dari pemrograman pascal atau bisa juga diwaktu yang sama mereka diberi event (sengaja saya tidak bilang tugas, karena jika dikatakan tugas biasanya membuat seseorang jadi malas) yaitu mencari program di internet yang menurut mereka (maba) paling menarik yang dibuat dari pemrograman pascal, kemudian mereka bebas mempresentasikan hal hal menarik yang mereka sukai dari program tersebut ke teman lainnya. Mungkin dengan cara tersebut, mereka yang tadinya menganggap bahwa pembahasan pada modul awal pemrograman pascal sangat membosankan, akan mengubah pandangan mereka tentang pemrograman pascal, sehingga mereka termotivasi mempelajari pemrograman tersebut dari awal agar mereka dapat membuat program menarik yang serupa atau bahkan lebih baik lagi. Quote “terkadang seseorang tidak tertarik dengan hal yang menurut mereka biasa, tanpa mereka ketahui dari hal yang biasa tersebut akan menghasilkan hal yang menarik, seperti halnya ulat yang menggelikan akan menjadi seekor kupu-kupu yang cantik dan seekor ayam yang kotor akan di olah menjadi daging ayam begitu lezatnya tergantung dari siapa yang mengelolahnya” betul betul betul.
Sampai disini jangan berhenti dulu membaca artikel ini, masih ada 1 keluhan lagi dari mahasiswa tingkat senior (4-8), adapun keluhan yang sering saya dengar dan bahkan saya sendiri mengeluhkan hal yang sama yaitu, “di semester sebelumnya kita mempelajari C++ , belum begitu mengerti di MK tersebut, di semester selanjutnya masuk lagi ke pemrograman lain yaitu Java, belum lagi mengerti, eh malah terdapat lagi MK pemrograman Delphi, dan bahasa Assembler, dan sekarang dihadapkan dengan yang lebih sulit lagi yaitu PHP, lah kita konsennya ke pemrograman mana coba .? kenapa kita tidak diberikan pilihan MK pemrograman yang lebih kita sukai minimal pada semester ini saja .? malah masuk ke bahasa pemrograman yang lainnya”. Yah seperti itulah yang sering terdengar diantara percakapan mahasiswa senior.
Dampak dari mata kuliah yang berubah-ubah tersebut yaitu, tidak sedikit mahasiswa yang sama sekali tidak bisa ngoding, kadang juga ada mahasiswa yang menuduh bahwa itu salah dosennya yang tidak bisa mengatur jadwal mata kuliah yang sepantasnya. Sebaliknya, dosen malah menyalahkan mahasiswa yang tidak bisa diajar. Siapa yang benar, siapa yang salah coba .? jangan-jangan tidak ada yang salah atau malah sebaliknya tidak ada yang benar .? atau justru keduanya sama-sama menyalahkan kurikulum belajar mengajarnya .? mahasiswa dibebani dengan kurikulumnya, sementara dosen diharuskan mengikuti kurikulum tersebut .? okey untuk menjawab pertanyaan tersebut, saya akan berbagi cerita dari senior saya yang ahli dalam pemrograman, semoga saja minna dapat mengambil pelajaran berharga dari cerita ini.
Pada zaman dahulu kala, dimana pada saat itu belum terdapatnya cabe-cabean, terong-terongan, begal-begalan, saat itu kejahatan belum merajalela seperti saat ini, saat itu anggota DPR takut melakukan Korupsi, saat itu anak Alay belum menampakan dirinya, saat itu media tv tidak berani asal ngomong untuk memberikan berita hoax, saat itu dimana KPI lebih mengutamakan kualitas dan kuantitas siaran tv daripada UANG yang mereka dapatkan, saat itu masa kecil anak-anak lebih mengidolakan tokoh kartun favoritnya bukan artis cinta-cintaan, saat itu pada minggu pagi setiap anak dimanjakan dengan serial anime bukan sinetron ataupun gosip perceraian artis dan lain sebagainya, TAPI saat itu sudah terdapat universitas yang akan menghasilkan sarjana sarjana komputer sama halnya dengan sekarang. Konon katanya kurikulum untuk proses belajar yang mereka hadapi sama dengan kurikulum yang sekarang, katanya mereka juga dalam 8 semester diajarkan pemrograman yang berbeda-beda, toh pada akhirnya banyak dari mereka yang menguasai pemrograman. Disini saya makin penasaran, dan ingin bertanya lebih jauh lagi, terus bagaimana bisa mereka menguasai berbagai macam pemrograman dengan kurikulum seperti itu .? sementara kita kesulitan untuk menguasai 1 bahasa pemrograman saja .? sambil mengutak-atik laptopku dia menjawab, BANYAK BELAJAR.
Hadeh kalau jawabanya seperti itu saya juga tau, yang saya maksud sebenarnya bukannya kita tidak ingin belajar, tapi sebenarnya kita kesulitan memahami berbagai bahasa pemrograman yang berbeda, bagaimana tipsnya agar kita bisa beradaptasi dengan mata kuliah pemrograman yang berbeda tersebut .? belum juga dia menjawab pertanyaanku, dia malah bercerita, “pada jaman dahulu kala, dimana pada saat itu belum terdapat cabe-cabean, terong … oppss kayaknya tidak perlu lagi hahaha, kendaraan masih sedikit, kita belum mengenal yang namanya social media seperti sekarang, belum menikmati game mewah offline maupun online seperti PES, PB, DoTA, CS, AOE dan lain-lain. Belum selesai bercerita, telponnya berbunyi, kemudian dia mengeluarkan handphone nokia monophonic didalam jaket yang sudah 1 minggui tidak digantinya, dan parahnya lagi dia malah pergi meninggalkan saya menggunakan motor bututnya. Sebenarnya dia adalah orang berada karena projek dari pemrograman yang dia dapatkan menghasilkan rupiah dalam jumlah besar, namun tampilannya sehari-hari sangat sederhana.
Hadeh kalau jawabanya seperti itu saya juga tau, yang saya maksud sebenarnya bukannya kita tidak ingin belajar, tapi sebenarnya kita kesulitan memahami berbagai bahasa pemrograman yang berbeda, bagaimana tipsnya agar kita bisa beradaptasi dengan mata kuliah pemrograman yang berbeda tersebut .? belum juga dia menjawab pertanyaanku, dia malah bercerita, “pada jaman dahulu kala, dimana pada saat itu belum terdapat cabe-cabean, terong … oppss kayaknya tidak perlu lagi hahaha, kendaraan masih sedikit, kita belum mengenal yang namanya social media seperti sekarang, belum menikmati game mewah offline maupun online seperti PES, PB, DoTA, CS, AOE dan lain-lain. Belum selesai bercerita, telponnya berbunyi, kemudian dia mengeluarkan handphone nokia monophonic didalam jaket yang sudah 1 minggui tidak digantinya, dan parahnya lagi dia malah pergi meninggalkan saya menggunakan motor bututnya. Sebenarnya dia adalah orang berada karena projek dari pemrograman yang dia dapatkan menghasilkan rupiah dalam jumlah besar, namun tampilannya sehari-hari sangat sederhana.
Yosh minna, karena senior tersebut sudah pergi meninggalkan saya, saya kebingungan mau melanjutkan artikel ini. Toh saya belum mendapatkan jawaban kenapa banyak dari calon sarjana komputer sekarang tidak bisa coding .? ada yang bisa jawab .? hahaha becanda, saya mencoba mencerna baik-baik perkataannya sebelum dia pergi tadi, karena agak lemot berpikir saya kelamaan berpikir sebelum mulai meyadari bahwa dari ceritanya tersebut jika dikaitkan dengan jaman sekarang memang terdapat banyak perbedaan, adapun kesimpulan yang dapat saya ambil sebagai jawaban dari pertanyaanku adalah sebagai berikut :
- Banyak mahasiswa yang baru mengenal kurikulum perkuliahan dikampus atau masih terbawa dengan kurikulum disekolah yang baru saja ditinggalkannya, apa perbedaan kurikulum disekolah dengan di kampus .? kurikulum disekolah menganjarkan siswa secara bertahap mulai dari dasar sampai kebidang yang paling luas, contohnya pelajaran bahasa Indonesia yang kita dapatkan dikelas 1, akan kita perdalam lagi dikelas 2 dan dikelas 3, begitupun dengan pelajaran lainnya. Namun beda halnya dengan MK dikampus, kita hanya diajarkan dasar-dasarnya saja. Kita sendiri yang akan mengembangkan materi yang telah diajarkan tersebut. Yah, memang kurikulum seperti ini yang menjadi hambatan buat kita seperti yang sudah saya sampaikan diatas, kita memang bukan robot yang diprogram agar dapat menguasai bidang yang sangat luas, namun kita juga bukan lagi anak kecil yang terus-terusan disuap oleh dosen, yang jadi masalahnya nanti ketika kita calon sarjana berhadapan dengan dunia luar kampus (kerja, masyarakat, dll) yang mereka tau, kita bisa menguasai apa saja tentang komputer, seandainya kita dapat pertanyaan dari luar tentang komputer lantas kita tidak tau jawabannya padahal pertanyaannya hanya tentang dasar-dasar dalam istilah komputer, apakah kita tidak malu menghadapi hal ini .? selain itu juga, jika kita hanya mempelajari 1 keahlian saja, yang menjadi masalahnya adalah perkembangan dalam dunia teknologi begitu cepat, mungkin hari ini kita tertarik dan hanya mengambil MK pemrograman pilihan saja karena menurut kita prospeknya bagus untuk sekarang, akan tetapi tidak ada yang bisa memprediksi bahwa kedepannya perkembangan teknologi masih dijalur yang kita pilih atau malah berubah ke arah pemrograman yang kita tidak pilih sebelumnya. Dengan memahami pemrograman lain walaupun sebatas dasarnya saja, kemudian kita lebih memperdalam pemrograman yang kita pilih, kita dapat mengatasi pergeseran jalur tersebut kedepannya. Tak kenal maka tak sayang, dengan mengenal dasar dari pemrograman lain tersebut, bisa saja ketika terjadi pergeseran arus dalam dunia teknologi kita bisa move on dari pemrograman yang 1 ke pemrograman yang lainnya. Tapi sayangnya tidak banyak mahasiswa yang berpikiran seperti itu, banyak mahasiswa yang tidak mampu (suka) dengan kurikulum tersebut sehingga mereka menyerah dengan MK pemrograman, dan alhasil mereka menjadi calon sarjana yang tidak bisa coding.
- Banyak mahasiswa jaman sekarang yang MANJA, jika dicerna dari perkataan seniorku tadi, berdasarkan observasi selama saya mengikuti aktivitas perkuliahan dikampus, mahasiswa jaman sekarang lebih dimanjakan dengan dunia teknologi dan konsumerisme yang berlebihan. Mahasiswa jaman sekarang kalau kekampus dandanannya modis, wangi, kekampus bawa kendaraan mewah, laptop serba canggih, tapi kalau ditanya tentang pemrograman .? Wakaranai, tidak tau. Kenapa demikian .? ke kampus dandanan cakep, boleh sih dandan cakep asalkan niatnya agar teman lainnya tidak risih melihat kita jika berantakan ketika dalam proses belajar mengajar atau juga biar kita lebih fresh belajarnya, ini malah sebaliknya, dandan cakep agar teman lain bisa tertarik dengan dirinya, chi kampus bukan tempat mencari jodoh kali. Selain itu juga terlalu dimanjakan dengan teknologi dunia maya, kaga bisa lepas dari gadgetnya, cakep dikit cekrek, cakep banyak cekrek, dikampus tidak ada dosen cekrek, lagi bareng teman dikampus cekrek, pura-pura coding cekrek, upload upload, instagram, facebook, twitter, bbm, dll. Yosh giliran pelajaran pemrograman komen”an foto yang diupload tadi. -_- dosen tidak masuk buat status, "jauh-jauh datang, dosen tidak masuk lagi *angry*", giliran masuk MK pemrograman buat status lagi “huh, membosankan dalam kelas :-(”, kaga masalah sebenarnya memanfaatkan teknologi jika digunakan dengan sebaik mungkin dan pada waktu yang tepat. BTW teknologi yang kita nikmati sekarang ini berawal dari pemrograman lho, coba lebih serius belajar pemrograman, kali saja kita bisa buat teknologi yang nantinya akan digunakan jutaan/ratusan juta orang didunia ini.
- Laptop yang dibelikan dari hasil keringat orangtua bukan dipakai untuk belajar pemrograman, malah dipakai install game, nonton film, youtube KPOP, drama korea, internetan negatif, dsb. Yah coba periksa laptop kebanyakan mahasiswa sekarang, mustahil jika dalam 1 kelas itu laptopnya tidak terdapat game yang terinstall, atau film-film Hollywood, korea, dll atau coba perikasa daftar riwayat browsernya jika perlu. Namun dilaptop tersebut terkadang tidak terdapat aplikasi pemrograman. Atau juga terinstall namun tidak ada satupun project latihan sendiri yang dapat di load selain dari project dari kampus. Tidak masalah sih kalau itu sekedar hiburan, asalkan pemanfaatan laptop tersebut seimbang dengan kebutuhan yang digunakan untuk perkuliahan. Bukan cuman untuk buat makalah, atau powerpoint saja.
- Adanya kesenjangan pengetahuan yang begitu lebar antara dosen mahasiswanya, dosen setidaknya lulusan S2, bahkan ada yang Professor, yosh inilah yang seringkali beberapa dosen tidak menyadari kalau yang dihapannya adalah anak anak kemarin sore yang baru lulus sekolahan, terkadang ada berbagai istilah dari dosen yang tidak diketahui oleh mahasiswa sehingga mengakibatkan gagal paham. Idealnya seorang dosen yang hebat adalah dosen yang bisa menjelaskan hal-hal yang rumit menjadi bahasa sederhana yang mampu diterima oleh mahasiswanya. Dalam dunia pemrograman terdapat banyak istilah (bukan coding), jika istilah yang dimaksudkan tidak dapat dipahami oleh mahasiswa, biasanya mahasiswa tersebut jadi kurang semangat beajar pemrogramannya. Pikirnya, istilah saja begitu rumit, bagaimana dengan coding nantinya.
- Kebanyakan mahasiswa sekarang niatnya ke kampus hanya untuk kumpul kebo, jika sudah dalam kelas, ingin cepat-cepat keluar kelas, apalagi kelas pemrograman, minimal datang hanya untuk cari absen doank.
- Terjadi dibeberapa kampus, dosen pemrograman malas masuk. Karena faktor ini juga biasanya membuat mahasiswa malas masuk MK. Jarak rumah – kampus mahasiswa berbeda-beda, bela-belain jauh-jauh datang dari rumah – kampus ternyata dosennya tidak masuk. Hal ini juga membuat mahasiswa jadi ikut-ikutan malas ke kampus. Saya pernah bahas pada artikel sebelumnya “Motvasi Pengalaman Kuliah , Belajar Dari Pengalaman” terkadang rasa malas terjadi karena seseorang sering kali dikecewakan oleh hal yang sama.
- Faktor terakhir dan yang paling sering terjadi adalah Mahasiswa salah alamat, sampai-sampai difilmkan di India yang juga sudah ditonton oleh ratusan juta orang diseluruh dunia, film dengan judul “3 Idiot”, dimana menceritakan mahasiswa yang keahliannya bukan pada Teknik Mesin tetapi masuk di universitas Teknik Mesin, alhasil mereka selalu menjadi yang paling akhir diantara teman-teman mahasiswanya. Begitu juga dengan beberapa mahasiswa calon sarjana komputer, masuk ke jurusan Teknik/Sistem padahal tanpa dasar sama sekali, alasannya berbeda-beda, ada yang karena diminta orangtua, ada yang karena ikut-ikutan teman, ada yang karena ingin mengenal komputer, dan juga yang menginginkan ijazah Sarjana komputer, dari berbagai alasan ini sebenarnya tidak ada masalah, asalkan mereka mampu beradaptasi dengan dunia komputer, namun tidak sedikit juga yang gugur ditengah jalan karena hal-hal baru yang mereka tidak bisa kuasai dalam komputer. Alhasil dikampus hanya jadi mahasiswa 3D, datang, duduk, diam saja dikampus.
Oke minna cukup sekian apa yang dapat saya tulis dalam artikel kali ini, karena tulisannya sudah terlalu panjang, saya tidak akan menarik kesimpulan lain lagi, semoga dengan membaca artikel kali ini minna dapat mengambil pelajaran dari pengalaman-pengalaman yang saya paparkan. Insya Allah pada postingan selanjutnya saya akan membahas tentang, “hal-hal yang perlu diketahui oleh mahasiswa calon sarjana komputer”.
Paling Akhir, Beda Kampus Beda Nasip, Selektiflah Dalam Memilih Kampus ..
Artikel ini dituliskan berdasarkan dari pengalaman semasa menjalani aktivitas perkuliahan dan juga terinspirasi dengan penulisan Bapak Cak shon (Cakshon.Com) dengan judul Sarjana Komputer Tidak Bisa Ngoding, Salah Siapa ..
Terimakasih sudah membaca artikel tentang "Sarjana Komputer Tidak Bisa Coding, Salah Siapa .?" pada blog ini , baca juga artikel Sambil Kuliah Dapat Menghasilkan Uang Tanpa Harus Mengganggu Aktivitas Kuliah.dan Tips Memulai Pemrograman Agar Tidak Membosankan .. ^_^
apapun kondisinya jangan patah semangat......
ReplyDeleteKesuksesan adalah milik sang pejuang....
benar sekali gan, barang siapa bersungguh-sungguh pasti dia akan berhasil, Insya Allah ..
DeleteAne pernah belajar coding C++ dasar pas smp tapi gak tau mau buat apa nantinya, akhirnya sekarang lupa tuh pelajarannya.
ReplyDeleteKampus emang beda-beda, kitanya aja yang gengsi sama nama kampus dan cara dosen memberi ilmunya berbeda juga. Tugas kita sbg mahasiswa hanya belajar dan menuntut ilmu :)
Saran dari saya: Jangan hanya belajar coding dari kampus, coba pergi ke toko buku atau belajar secara online. Tetap semangat :)
yosh benar gan, ada banyak cara untuk mencari ilmu, tergantung kita lagi mau tempuh dengan cara yang mana ..
Deletemantap (ijin kopas min)
ReplyDeletesilahkan, cantumkan sumbernya ya :D
Deletetidak adsa yang bisa disalahkan
ReplyDeleteyosh, kembali lagi pada diri masing-masing , kita cuman bisa saling mengingatkan ..
Deletetidak apa apa tidak bisa coding, yang penting bisa bekerja game deadpool steam
ReplyDeleteTergantung dari setiap mahasiswanya juga gan :D
ReplyDeleteiya tergantung sama orangnya.
ReplyDeleteiya tergantung sama orangnya.
ReplyDeletekurang proaktif itu
ReplyDeleteNggak cuma sarjana komputer, jurusan lain juga bernasib sama. Dunia kerja maunya serba bisa (dan kalau bisa digaji murah-biasa, prinsip ekonomi)
ReplyDeleteYa kalau koding memang perlu dilatih biar terbiasa kalau sekali bisa terus ga dilatih lagi bisa jadi ilmunya ga berkembang.
ReplyDeleteSemoga dengan memahami alasan diatas dapat memahami apa kesalahannya dan bisa diperbaiki supaya kedepannya ia mampu bersaing dan jangan patah semangat dalam berusaha tentunya.
yup benar sekali mas, tujuan saya buat postingan tersebut agar dari pihak-pihak tertentu memahami kesalahan masing-masing dan mau mengubah kebiasaan yang jelas-jelas kurang manfaatnya, namun masih ada juga yang salah dalam mengartikan tulisan diatas ..
Deleteintinya tuh di semangat juang gan. kalau semangat kita kuat dan tekad kita bulat insyallah semua akan bisa dilewati
ReplyDeletesalah satu hee
ReplyDeletesadis dan bikin sedih nih postingan ... true story ...
ReplyDeletepokonya kalo gabisa ngoding jangan salahin kampus wkwk
ReplyDeleteMiris gan.. Turut prihatin. Salam Pascal
ReplyDeleteNice info gan,
ReplyDeletemiris amet ya....kalau serjana komputer tidak bisa coding.
ReplyDeletejadi semangat ni belajar codingnya berusaha untuk sukses....insya allah tq gan artikelnya
nice share ^_^
ReplyDeletememang itulah yang banyak terjadi sekarang, faktanya teman-teman saya kebanyakan salah jurusan Mau keluar di tengah-tengah, sudah terlanjur beberapa semester. Meneruskan juga setengah-setengah, walhasil S.Kom mungkin cuma jadi penghias nama saja...
ReplyDeletebenar gan, faktanya banyak sarjana yang skripsinya masih dibuatkan ..
Deleteskripsi tidak selalu harus pemrograman, masih banyak bidang lain yang bisa diangkat jadi skripsi, toh pada akhirnya tetap juga skripsinya dibuatkan ..
kesimpulannya seperti yang mas katakan, S.Kom mungkin cuman sajdi penghias nama saja
Tulisannya terlalu berbusa2 .... males bacanya
ReplyDeleteAsal ada kemauan pasti ada jalan, percayalah jangan mudah menyerah gan :)
ReplyDeleteinilah yang saya alami sekarang, galau antara pindah jurusan atau netep min hadeuuh, karna dasarny pun saya gk tau
ReplyDeletesaran saya lebih baik dilanjutkan, saya dulunya juga tidak bisa sama sekali tentang pemrograman karena saya lebih suka ke Networking, namun karena saya menginginkan perubahan dibidang tertentu dan jalan keluar terbaik menurut saya yaitu dengan membuat aplikasi, maka saya meninggalkan kebiasaan santaiku didedan PC (bemain game, nonton, dll), saya coba browsing, bertanya sama dosen pemrograman, aktif bertanya diforum, dll .. dan alhamdulillah aplikasi yang saya buat bisa selesai ..
Deleteberlaku juga untuk Networking, design, dll. cari tau dan dalami dimana keahlian yang sebenarnya, tapi jangan lupa juga dengan ilmu lain yang dipelajari, jangan biarkan ilmu yang dosen A ajarkan sia-sia begitu saja karena kita lebih tertarik ke ilmu dari dosen B, tidak mesti ahli tapi setidaknya tau :-)
Tapi saya kurang setuju sama yang paling akhir mas, "Beda Kampus, Beda Nasip"
ReplyDeleteEmang benar begitu?
menurut saya beda mas, beda teknik pengajarannya, beda fasilitas kampus, beda aturannya, beda kurikulumnya, beda biayanya, dll ..
Deletemenurut saya karena perbedaan tersebut mempengaruhi semangat belajar mahasiswanya juga mas ..
mungkin juga saya salah mas, kita diskusikan sama-sama :-)
koding itu ibarat tata cara, aturan, langkah-langkah kita untuk mendekati wanita idaman..., ga perlu benci coding tapi motivasi loe ke kampus tuh apa? sekedar lulus, dpt kerjaan yg layak, ato dpt paasangan yang layak.., n terkadang ortu yang mengarahkan kita ke jur mana...
ReplyDeletejadi ga akan pernah semangat tuk kuliah..
benar mas, semua berawal dari niat, kalo niatnya baik pasti kemauan belajarnya baik juga, tapi kalo dari awal niatnya sudah salah, pasti hasilnya akan berantakan .. :)
DeleteBoleh bedah artikel ini..
ReplyDelete1 judulnya bersifat ambigu dan terkesan mencari alasan dan memancing pro dAn kontra
..untuk sementara itu dulu
kuliah beli ijazahnya aja mungkin hahaa
ReplyDeletebaca panjang bener :v
ReplyDeletetp nih artikel bener juga :d mantap
pas coding kena migrain tulang punggung tiba2 sakit bukan main coding 2 jam waktu recovery 5 jam tiduran waktu itu passion sedang baik, tapi saat ini coding berapa jampun bisa tapi passion sudah redup, jadinya cari penghidupan lain
ReplyDelete